Pesawat atau wahana antariksa Uni Soviet akhirnya jatuh ke Bumi setelah lebih dari 50 tahun terjebak di orbit. Pesawat antariksa Kosmos 482 akhirnya mendarat di perairan Indonesia, tepatnya di Samudera Hindia sebelah barat Jakarta. Roscosmos, Badan Antariksa Rusia, melaporkan kejadian ini setelah sejumlah ahli dari berbagai negara mengawasi pergerakan Kosmos 482.
Wahana antariksa ini diluncurkan pada tahun 1962 untuk mengkaji Venus. Namun, akibat kerusakan blok pendorong, pesawat tetap berada di orbit Bumi dan perlahan mendekati planet tersebut. Sejumlah lembaga seperti Pusat Operasi Pengawasan dan Pelacakan Ruang Angkasa Uni Eropa dan Komando Antariksa AS telah memantau Kosmos 482 selama 53 tahun terjebak di orbit Bumi.
Badan Antariksa Eropa (ESA) menghitung bahwa pesawat itu akhirnya jatuh di perairan Indonesia, di dalam kisaran antara 52 derajat utara dan selatan khatulistiwa. Departemen yang menangani puing-puing antariksa telah melakukan pemantauan terhadap pesawat sebelum akhirnya turun, meski tidak terdeteksi oleh radar di atas Jerman.
Kejadian jatuhnya pesawat antariksa ini telah memicu peringatan bahaya dari Roscosmos, yang terus memantau wahana sebagai objek berbahaya di dekat Bumi. Wahana antarkisa ini memiliki fisik yang sangat kuat untuk bertahan dari kondisi ekstrem di permukaan Venus, yakni suhu 477 derajat Celcius dan tekanan yang jauh lebih besar daripada di Bumi.
Secara keseluruhan, jatuhnya Kosmos 482 merupakan peristiwa bersejarah yang menandai akhir perjalanan yang panjang bagi pesawat antariksa yang tersangkut di orbit Bumi selama lebih dari setengah abad. Bahkan jika terjatuh di perairan Indonesia, penyelidikan lebih lanjut mungkin diperlukan untuk melacak jejak dan dampak yang mungkin dihasilkan dari tragedi ini.