Setelah dijadwalkan untuk hanya memberikan pidato pembukaan resmi Pavilion Indonesia, Utusan Khusus Presiden untuk Perubahan Iklim, Hashim Djojohadikusumo, menjadikan dirinya pidato selama sekitar 25 menit di arena COP29 Baku, Azerbaijan pada bulan November 2024. Dalam pidatonya, Hashim menyampaikan target pemerintahan Prabowo untuk meningkatkan kapasitas energi nasional hingga 100GW dalam waktu 15 tahun, termasuk dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).
Ia juga menekankan pentingnya lokasi yang aman untuk PLTN, khususnya yang aman dari bencana alam seperti gempa. Hashim juga memperkenalkan konsep Small Modular Reactors (SMR) yang dapat melayani wilayah lebih kecil dengan teknologi terapung (floating). Pada bulan yang sama, Pemerintah merilis Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) 2024-2060 yang mencakup PLTN sebagai penyumbang listrik mulai tahun 2032.
Sejak zaman Presiden Suharto, lokasi PLTN telah menjadi perbincangan hangat di Indonesia. Meskipun beberapa lokasi seperti Muria di Jepara telah dipilih, kekhawatiran akan risiko kecelakaan nuklir, terutama setelah kejadian Chernobyl tahun 1986, terus menghalangi pembangunan PLTN di dekat tempat tinggal penduduk. Berbagai peristiwa seperti krisis moneter dan demo publik telah menggagalkan upaya pembangunan PLTN di beberapa daerah.
Namun, RUKN 2024 menunjukkan dua lokasi potensial di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan Kalimantan Barat sebagai calon lokasi PLTN. Dalam rencana tersebut, potensi sumber daya terukur thorium dan uranium menjadi bahan pertimbangan dalam memilih lokasi pembangunan PLTN. Provinsi Babel, dengan gugusan pulau kecil tak berpenghuni dan ketersediaan torium, menjadi salah satu prioritas, terutama dengan usulan lokasi Pulau Kelasa.
Pulau Kelasa, yang terletak sekitar 30 km dari pangkal Pinang, Provinsi Babel, diusulkan oleh PT ThorCon Power Indonesia sebagai lokasi ideal untuk PLTN. Meskipun bukan lokasi dengan kesiapan paling tinggi, Provinsi Babel dinilai responsif terhadap rencana pembangunan PLTN. Semua persiapan studi dan survei telah dilakukan dalam tiga hingga empat tahun terakhir. Selain itu, Pulau Kelasa telah direview oleh Bapeten sebagai calon lokasi pembangunan PLTN di Indonesia.