Pengguna eSIM di Asia Pasifik sekarang mendominasi lebih dari 56 persen. Namun, dominasi ini juga membawa risiko baru karena semakin maraknya serangan phishing yang ditujukan kepada pengguna eSIM. Peneliti dari Kaspersky menemukan halaman palsu yang meniru operator besar seperti Singtel, Smart, dan Telstra. Situs-situs ini didesain dengan baik untuk menipu korban dengan membuatnya terlihat seperti laman resmi dari operator tersebut. Ketika pengguna memasukkan nomor telepon dan data pribadi di situs tersebut, informasi tersebut dapat disalahgunakan untuk berbagai tujuan, mulai dari pencurian identitas hingga akses ke akun finansial dan dompet kripto.
Kaspersky juga mengingatkan bahwa walaupun eSIM bisa mempermudah perjalanan, keamanan sering diabaikan oleh pengguna. Oleh karena itu, para wisatawan harus sangat berhati-hati sebelum memasukkan data pribadi mereka ke dalam situs yang tidak resmi. Ancaman phishing bisa menimbulkan kerugian besar, mulai dari kehilangan akses ke akun penting, pencurian dana, hingga risiko penyalahgunaan data pribadi dalam jangka panjang. Oleh karena itu, penting bagi para pengguna untuk meningkatkan kesadaran digital, memverifikasi situs resmi, dan menggunakan solusi keamanan yang tepat untuk melindungi diri dari serangan phishing.
Kejahatan phishing eSIM juga semakin marak seiring dengan pemulihan sektor pariwisata Asia Pasifik pasca pandemi. Pasca pandemi, sektor pariwisata di kawasan ini mulai pulih dengan cepat. Jumlah turis asing di Asia Pasifik kembali meningkat tajam setelah enam tahun stagnan. Dengan potensi pertumbuhan yang tinggi dalam beberapa tahun mendatang, nilai pasar pariwisata di Asia Pasifik diperkirakan mencapai 11,5 juta dolar AS pada tahun 2024. Dengan peningkatan volume kedatangan internasional, kebutuhan akan konektivitas digital semakin mendesak, yang memicu penggunaan eSIM yang semakin luas. Ini adalah salah satu teknologi baru yang mendukung mobilitas dan memungkinkan pengunjung tetap terhubung antara negara tanpa perlu mengganti kartu fisik mereka.