Mohammad Kurjum, seorang akademisi yang tak hanya menjadi pengajar Ilmu Metodologi Pembelajaran PAI di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya, tetapi juga seorang pemikir yang mengkaji kepemimpinan Islam. Dari ruang kerjanya yang sederhana di kampus, Kurjum menunjukkan dedikasinya terhadap riset dan analisis yang konsisten. Ia percaya bahwa kepemimpinan Islam bukan hanya tentang politik dan kekuasaan, tetapi juga tentang misi spiritual dan moral. Menurutnya, hubungan antara pemimpin dan umat harus didasarkan pada nilai-nilai Islam yang sejati.
Kurjum, sejak muda, telah aktif dalam diskusi keislaman di pesantren dan forum akademik, yang membentuk pandangan bahwa pemimpin sejati dalam Islam adalah khalifah, yang bertanggung jawab atas mengatur masyarakat dengan adil. Bagi Kurjum, pemimpin haruslah menjadi pelayan umat, hadir untuk melayani bukan untuk dilayani. Prinsip-prinsip yang dipegang teguh oleh Kurjum antara lain keadilan, amanah, tanggung jawab, kemaslahatan umum, ketakwaan, dan kasih sayang sebagai pondasi kepemimpinan yang harmonis.
Gagasan-gagasan ini tidak hanya relevan dalam konteks akademik, tetapi juga dalam situasi kepemimpinan di Indonesia. Kurjum percaya bahwa Indonesia membutuhkan pemimpin yang juga pelayan masyarakat, yang akan membawa persatuan dan merawat keberagaman dalam bangsa. Dalam setiap kuliahnya, Kurjum mendorong pemimpin untuk tidak hanya mengatur tetapi juga mendidik, memberdayakan, dan melayani masyarakat dengan penuh kasih sayang.
Di UINSA, Kurjum dikenal sebagai dosen yang ramah dan selalu siap diskusi dengan mahasiswa. Pendekatan pendidikan dan moral yang ia terapkan mencerminkan keyakinannya bahwa kepemimpinan sejati adalah proses pembelajaran yang berkelanjutan. Dari ruang akademik di Surabaya, Kurjum terus menyebarkan gagasannya tentang kepemimpinan yang harmonis, sebuah gagasan yang relevan tidak hanya bagi umat Islam tetapi juga bagi seluruh bangsa yang menginginkan pemimpin yang adil, amanah, dan penuh kasih.












