Studi terbaru mengenai kain kafan memiliki keunggulan dalam mengungkap detail baru seputar pemakaman Yesus Kristus setelah disalib. Penelitian yang dilakukan oleh imunolog Johns Hopkins, Kelly Kearse, menemukan bahwa Yesus dikubur tanpa dimandikan dan hanya dibungkus dengan kain kafan yang diyakini sebagai Kain Kafan Turin yang disebutkan dalam Alkitab. Hasil penelitian ini, yang diterbitkan dalam jurnal International Journal of Archaeology pada Juni 2025, menyoroti penemuan jejak pembekuan darah yang menunjukkan cincin-cincin di sekitar noda darah atau halo serum pada kain ketika dipaparkan dengan sinar UV.
Penelitian ini mengindikasikan bahwa darah yang terlihat di kain kafan memiliki ciri khas batas serum/halo, menunjukkan perpindahan darah menggumpal ke tekstil. Hal ini menjadi dasar bagi Kearse untuk mencatat bahwa pandangan bahwa darah tersebut dicuci sebelumnya nampaknya tidak sesuai dengan temuan ini. Dalam penelitiannya, Kearse melakukan uji coba kondisi darah setelah kematian, termasuk konsistensi dan keasaman darah, serta proses perpindahan darah ke tekstil. Temuan ini dianggap memberikan konteks baru terkait kondisi pemakaman Yesus, yang berdampak pada hipotesis pencucian dalam kain kafan.
Selain itu, penelitian sebelumnya pada tahun 1998 menyimpulkan bahwa jika tubuh dibungkus dalam kain kafan, maka tubuh tersebut dicuci sebelum pemakaman. Teori ini didasarkan pada fakta bahwa noda darah akan tampak mencolok jika luka mulai membeku sebelum menyentuh permukaan kain. Dalam konteks adat pemakaman Yahudi, keputusan untuk tidak mencuci jenazah yang meninggal secara kekerasan didasari oleh keyakinan bahwa darah tidak boleh dipisahkan dari tubuh fisik dalam kasus pembunuhan.
Sejak zaman penemuan Kain Kafan Turin, banyak penelitian dilakukan untuk menguji keaslian kain ini. Para peneliti skeptis menyampaikan berbagai teori tentang sejarah kain kafan dan kisah Alkitab yang terkait. Penelitian terbaru bahkan menyatakan bahwa kain tersebut mungkin digunakan untuk membungkus patung Kristus yang diukir oleh seorang seniman, bukan sebagai kain kafan pasca-kematian. Dengan demikian, temuan dari penelitian kain kafan memiliki dampak yang signifikan dalam memahami sejarah dan kontroversi di balik Yesus Kristus.