Pagi itu, suasana Sendang Tirtha Amertha Rajasa di Dusun Bendelan, Desa/Kecamatan Arjasa terasa lebih ramai dari biasanya karena kedatangan Bupati Jember Muhammad Fawait. Umat Hindu yang tengah beribadah mendapat tamu istimewa. Setelah dari lokasi tersebut, bupati melanjutkan kunjungannya ke Gereja Katolik Santo Yusup di Kelurahan Kepatihan, Kecamatan Kaliwates. Kunjungan ini bukan hanya seremoni rutin, tapi sebagai pernyataan bahwa Jember adalah milik bersama. Menurut Gus Fawait, cinta sejati tidak melihat perbedaan agama, suku, ras, atau budaya. Toleransi sudah menjadi bagian dari Jember, menggambarkan harmoni antar etnis dan keyakinan yang ada di wilayah ini.
Jember sudah lama menjadi tempat pertemuan beragam etnis dan keyakinan, mulai dari etnis Jawa, Madura, Tionghoa, hingga pendatang dari Bali. Pasar tradisional, sawah, dan warung kopi menjadi tempat di mana semua saling bersatu tanpa memandang latar belakang. Pemerintah Kabupaten Jember, di bawah kepemimpinan Gus Fawait, terus menjaga keberagaman ini dengan berbagai cara, seperti melalui dialog antarumat beragama, pelestarian gotong royong, dan memastikan ruang publik terbuka untuk semua. Dukungan terhadap rumah ibadah lintas agama, kegiatan lintas iman, serta kebijakan yang menempatkan semua warga dalam posisi setara juga menjadi fokus penting dalam membangun keharmonisan antarwarga.
Di tengah polarisasi yang semakin deras di banyak daerah, Jember memilih jalan yang berbeda dengan memperkuat harmoni antarwarga. Dari alunan doa di Pura hingga lantunan pujian di Gereja, dari denting gamelan di desa hingga suara adzan di Masjid, semua menjadi bagian dari simfoni kebersamaan dalam kerangka keberagaman. Gus Fawait menekankan bahwa membangun Jember adalah upaya kolektif yang membutuhkan dukungan seluruh masyarakat. Tindakan ini sebagai wujud komitmen untuk menjaga keharmonisan dan keberagaman sebagai kekuatan bersama.