Energi bersih menjadi fokus utama dunia saat ini dengan turunnya biaya energi terbarukan, peningkatan investasi hijau, dan dorongan dari krisis iklim. Meski begitu, transisi energi menuju energi bersih tidaklah semulus yang diharapkan, baik bagi Indonesia maupun dunia. Penasihat Khusus Sekretaris Jenderal PBB untuk Aksi Iklim dan Transisi Energi Berkeadilan, Selwin Charles Hart, mengungkapkan dalam wawancara dengan CNN Indonesia bahwa energi terbarukan menawarkan kesempatan penting untuk memastikan akses energi bagi seluruh penduduk dunia.
Hart juga menyoroti isu alokasi subsidi yang masih lebih besar untuk energi fosil daripada energi bersih, dengan Indonesia masih mengandalkan pembangkit listrik tenaga uap batubara sebagai sumber energi nasional. Negara-negara di Asia Tenggara juga mengalami progres yang beragam dalam transisi energi, dengan Vietnam dan Malaysia menunjukkan kemajuan signifikan. Namun, Thailand dan Filipina masih tertinggal dalam upaya diversifikasi energi.
China, sebagai pemegang peran besar di Asia, memiliki lebih dari 70% kapasitas energi terbarukan regional, tetapi juga sebagai penghasil emisi terbesar dunia, transisi energi di China penting untuk keberhasilan global. Hart menekankan bahwa setiap negara, termasuk Indonesia, memiliki jalur unik menuju transisi energi bersih, dengan energi terbarukan menawarkan keunggulan komparatif yang jelas.
Dalam konteks Indonesia, meskipun target bauran energi terbarukan telah ditetapkan, implementasinya masih menghadapi tantangan, seperti kurangnya political will yang cukup kuat. Namun, potensi Indonesia dalam transisi energi bersih tetap besar, terutama dengan dukungan regulasi dan kebijakan yang jelas. Komitmen politik, konsistensi kebijakan, dan dukungan internasional menjadi kunci utama keberhasilan transisi energi di Indonesia, yang memberikan peluang besar bagi pertumbuhan ekonomi, keberlanjutan, dan keadilan sosial.