Artsubs 2025, sebuah pameran seni rupa kontemporer bertajuk “Waste/Material” di Galeri Balai Pemuda Surabaya akan berlangsung mulai 2 Agustus hingga 7 September 2025. Melalui tema tersebut, pameran ini bertujuan menghadirkan refleksi kritis terhadap dunia yang dipenuhi oleh materi dan residu, baik fisik maupun digital. Artsubs menjadi wadah untuk membuka diskusi tentang masa depan seni di era pasca-industri.
Dalam pameran ini, seniman mengubah limbah, materi digital, hingga botol bekas menjadi karya seni yang menggugah pikiran dan memprovokasi pandangan. Kurator utama, Nirwan Dewanto, menjelaskan Artsubs sebagai upaya untuk membangun ekosistem seni rupa alternatif di luar sirkuit kota-kota besar, seperti Singapura, Tokyo, dan Taipei. Surabaya dipilih sebagai tempat penting untuk mengembangkan seni rupa di Indonesia.
Konsep seni rupa kontemporer kini tidak lagi terbatas pada medium konvensional seperti lukisan atau patung, tetapi juga melibatkan instalasi, seni video, dan performans. Setiap bentuk visual yang dimaksudkan sebagai seni oleh pembuatnya dianggap sebagai seni rupa. Tema “Waste/Material” dipilih sebagai respons terhadap produksi yang berlebihan dan konsumsi di era industri dan digitalisasi.
Pameran Artsubs 2025 bukan sekadar tontonan visual, melainkan sebuah sarana komunikasi publik, edukasi, dan kesadaran akan realitas sosial. Direktur Artsubs 2025, Rambat, berharap pameran ini dapat menarik lebih banyak pengunjung dan meningkatkan kesadaran atas isu konsumsi, limbah, dan lingkungan. Sebanyak 135 seniman akan menampilkan sekitar 300 karya seni yang memadukan bahan sintetik, limbah industri, video art, hingga karya berbasis AI.
Artsubs 2025 juga menawarkan acara pendamping seperti diskusi panel, lokakarya, dan demonstrasi langsung dari seniman. Salah satu kegiatan menarik yang disajikan adalah teknik lampworking, di mana limbah kaca diolah menjadi karya seni atau perhiasan bernilai tinggi. Pameran ini tidak hanya tentang seni sebagai ekspresi individual, melainkan juga seni sebagai cara baru untuk memahami dunia yang semakin kompleks dan penuh residu. Dari limbah menjadi refleksi, dari sisa menjadi makna.