Transformasi AI dalam Menangani Ketimpangan Digital

Indonesia menghadapi tantangan besar dalam membangun kekuatan ekonomi digital pada tahun 2045. Salah satu tren yang berkembang pesat adalah teknologi kecerdasan buatan (AI). Namun, seiring dengan perkembangan teknologi ini, muncul juga berbagai tantangan, termasuk masalah keamanan siber dan akses pembiayaan yang sulit bagi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia.

Dalam wawancara dengan Perwakilan United Nations Industrial Development Organization (UNIDO) untuk Indonesia, Filipina, dan Timor Leste, Marco Kamiya, dibahas mengenai beragam masalah yang dihadapi dalam mengadopsi teknologi AI. Salah satu isu utama adalah ketimpangan dalam akses, kesiapan sumber daya manusia, perlindungan data, dan kebijakan yang belum terkoordinasi dengan baik.

Kamiya menyoroti pentingnya menjembatani kesenjangan ini agar teknologi AI dapat memberikan manfaat yang merata bagi semua pihak, tanpa meningkatkan disparitas yang ada. Selain itu, keberhasilan dalam mengadopsi teknologi AI harus didukung oleh kebijakan yang kuat, sistem perlindungan data yang handal, dan peningkatan literasi digital di masyarakat.

Meskipun AI menawarkan efisiensi yang besar, tetapi keselamatan data dan kesetaraan akses harus tetap menjadi fokus utama dalam mengembangkan ekosistem AI di Indonesia. Diperlukan kebijakan yang mendukung kesetaraan, kepercayaan, dan berpihak kepada kemaslahatan manusia untuk memastikan bahwa kemajuan teknologi tidak meningkatkan eksklusi sosial.

Tantangan terbesar bukan hanya pada lambatnya adopsi teknologi AI, melainkan pada kebijakan yang masih terpecah belah dan strategi yang terbata-bata. Strategi Nasional AI yang diperkenalkan pada tahun 2020 masih belum memiliki kekuatan yang mengikat. Diperlukan kerja sama antara pemerintah, sektor swasta, dan lembaga pendidikan untuk membangun ekosistem digital yang inklusif dan berkelanjutan di Indonesia.

Untuk mengatasi kesenjangan dalam adopsi teknologi AI, perlu langkah-langkah konkret seperti pembangunan infrastruktur digital yang merata, pendampingan digital yang berkelanjutan, dan peningkatan kolaborasi antara berbagai pemangku kepentingan. Dengan demikian, Indonesia bisa memanfaatkan potensi teknologi AI secara optimal tanpa meninggalkan kelompok-kelompok yang rentan dan terpinggirkan.

Source link