Sebuah survei terbaru oleh Yayasan Prakarsa Swadaya Masyarakat (YPSM) Jember mengungkap hasil menarik terkait dampak perubahan iklim terhadap remaja di Kabupaten Jember. Mayoritas remaja usia 13-24 tahun menyadari pentingnya perubahan iklim dan memiliki kepedulian terhadap lingkungan. Namun, partisipasi mereka dalam aksi nyata masih terbatas. Dari total 169 responden, sebagian besar sudah mengetahui dampak perubahan iklim, tetapi kontribusi mereka masih dalam langkah-langkah sederhana seperti mengurangi penggunaan plastik dan menghemat energi.
Menyadari potensi besar generasi muda dalam menghadapi perubahan iklim, YPSM Jember bersama YAPPIKA ActionAid menggelar diskusi Climate Justice Defender. Acara ini bertujuan untuk merancang langkah konkret agar remaja tidak hanya sadar, tetapi juga bertindak dalam menghadapi perubahan iklim. Direktur YPSM Jember, Rizki Nurhaini, menekankan bahwa remaja memiliki peran penting dalam gerakan lingkungan, memiliki potensi untuk menjadi penggerak utama dalam edukasi masyarakat dan advokasi kebijakan lingkungan.
Diskusi tersebut dihadiri oleh berbagai pihak, termasuk akademisi, Badan Penanggulangan Bencana Daerah, Dinas Lingkungan Hidup, dan Aliansi Jurnalis Independen. Tujuannya adalah untuk menghasilkan strategi yang lebih efektif dan berkelanjutan dalam menghadapi perubahan iklim. Salah satu gagasan utama yang muncul adalah pembuatan modul edukasi berbasis pengalaman remaja untuk menjadi panduan dalam memahami dan mencari solusi terhadap permasalahan lingkungan.
Meskipun keterlibatan remaja dalam kampanye lingkungan masih rendah berdasarkan hasil survei, mereka sebenarnya memiliki keinginan besar untuk berbuat lebih. YPSM Jember melihat ini sebagai peluang untuk menciptakan lebih banyak ruang bagi generasi muda agar bisa berkontribusi lebih nyata dalam gerakan lingkungan. Dengan inisiatif seperti itu, diharapkan remaja di Jember akan menjadi aktor utama dalam menciptakan masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan.
