Sistem keamanan SMS One-Time Password (OTP) dianggap tidak lagi aman karena maraknya upaya social engineering yang dilakukan oleh penjahat siber untuk mengambil alih akun. Menurut Niki Luhur, Founder dan CEO Grup VIDA, lebih dari 90 persen kasus pengambilalihan akun disebabkan oleh ketidakamanan SMS OTP. Dalam acara “VIDA – Where’s the Fraud? How to Face Account Takeovers and AI-Generated Fraud” di Jakarta, Niki mengungkapkan bahwa SMS OTP tidak cukup aman untuk melindungi dana dan transaksi, sehingga perlu ditingkatkan standarnya. Hasil White Paper yang dirilis VIDA menunjukkan lonjakan kasus pengambilalihan akun di Indonesia dalam 12 bulan terakhir, sebagian besar disebabkan oleh phishing dan smishing. Niki menekankan bahwa metode autentikasi tradisional seperti SMS OTP tidak lagi efektif dalam menghadapi ancaman digital saat ini.
Menurut riset VIDA, 67 konsumen melaporkan transaksi tidak sah di akun digital mereka, sebagian besar terkait dengan kerentanan SMS OTP. Meskipun 98 persen bisnis mengalami masalah autentikasi, hanya 9 persen yang mencari solusi alternatif. Penipuan akun dengan social engineering semakin marak dilakukan karena akses terhadap peralatan penipuan menjadi lebih mudah. VIDA menyebutkan bahwa peralatan malware bahkan bisa didapatkan dengan harga yang terjangkau, yaitu hanya Rp500 ribu, dan dapat digunakan untuk menipu ratusan korban.
Untuk mengatasi masalah keamanan ini, VIDA meluncurkan VIDA Authentication Suite yang menawarkan solusi yang lebih aman daripada SMS OTP, yaitu Phone Token dan Face Token. VIDA Phone Token menggunakan kunci kriptografi yang terikat pada perangkat pengguna untuk mengurangi risiko serangan berbasis SMS. Sementara itu, VIDA Face Token menggabungkan keamanan PKI, biometrik wajah, dan deteksi keaktifan untuk memastikan bahwa hanya pengguna sah yang dapat mengakses akun mereka. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan keamanan dan melindungi konsumen dari serangan cyber yang semakin canggih.