Ketua Dewan Penasehat Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI), yang juga ahli hukum tata negara, Jimly Asshiddiqie, menilai bahwa anggapan bahwa Pilpres 2024 merupakan pemilihan terburuk dalam sejarah Indonesia adalah hal yang biasa. Menurutnya, anggapan “terburuk” selalu muncul dari pihak yang kalah dalam setiap gelaran pilpres atau pemilu.
“Pak Jusuf Kalla menyatakan bahwa ini adalah Pemilu terburuk dalam sejarah. Nah, timnya 03, Todung Mulya Lubis, dan orang-orang yang sependapat dengannya, juga mengatakan bahwa Pemilu 2024 merupakan yang terburuk sepanjang sejarah. Hal tersebut merupakan hal yang biasa. Biasanya pihak yang kalah selalu menyatakan bahwa ini merupakan yang terburuk,” ujar Jimly dalam acara halal bihalal ICMI di Auditorium Kementerian Pertanian, Jakarta Selatan, pada Rabu (1/5/2024) malam.
Setelah Pilpres 2019, menurutnya, juga muncul anggapan “terburuk” dari pihak yang kalah. Anggapan serupa juga muncul dari gelaran pilpres sebelumnya.
Jimly kemudian membandingkan pelaksanaan Pemilu 2024 dan 2019. Dia menyebut bahwa sebagian masyarakat menganggap Pemilu 2019 “parah” karena lebih dari 900 petugas pelaksana pemilu meninggal.
“Dalam Pilpres 2019, ada sejumlah orang yang meninggal dan ratusan lainnya luka-luka akibat demonstrasi menolak hasil Pilpres 2019 di depan Kantor Bawaslu RI. Selain itu, struktur birokrasi secara alamiah ikut terlibat dalam mengampanyekan Jokowi karena dia adalah presiden petahana,” katanya.
“Namun, dalam Pemilu 2024, kondisinya tidak seburuk itu. Jumlah petugas yang meninggal hanya 90 dan tidak ada korban dalam demonstrasi, serta isu politik agama tidak seheboh pada tahun 2019. Ada yang menilai bahwa sebenarnya Pemilu 2024 lebih baik,” tambah mantan Ketua MK tersebut.
Menurut Jimly, jika dilihat dari tingkat partisipasi pemilih, tidak ada perbedaan signifikan antara Pemilu 2024 dan 2019. Saat Pemilu 2019, tingkat partisipasi pemilih mencapai 81,9 persen, sedangkan pada 2024 sebesar 81,8 persen.
Meskipun ada anggapan bahwa Pilpres 2024 merupakan yang terburuk, Jimly mengajak seluruh masyarakat untuk bersatu kembali karena pesta demokrasi tersebut telah berakhir. Semua perbedaan yang muncul selama proses pemilihan presiden harus dilupakan demi masa depan Indonesia.
“Alhamdulillah, sekarang semua sudah selesai. Mari kita bersilaturahim, bersatu kembali untuk Indonesia, umat, dan bangsa. Tidak ada pilihan lain kecuali bersatu, dan kita manfaatkan semangat Idulfitri ini,” ujarnya.
Secara khusus, Jimly juga mengajak para tokoh untuk mengurangi ketegangan politik. Dengan demikian, diharapkan emosi masyarakat luas juga bisa diredam.
“Kita lupakan perbedaan kita. Biarkan orang lain di masyarakat, di media sosial, tanpa larangan, namun tokoh-tokoh berpengaruh sebaiknya mulai menurunkan suhu,” tambahnya.
Acara halalbihalal ICMI dihadiri oleh anggota dan pengurus organisasi tersebut, termasuk beberapa tokoh bangsa seperti Ketua Dewan Penasehat ICMI Jimly Asshiddiqie, mantan Ketua MPR Amien Rais, Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi, Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak, dan beberapa mantan menteri.