PHK di Mana-mana Pengangguran Meroket, AI Disebut-sebut Sebagai Biang Keroknya

Kamis, 3 Juli 2025 – 09:21 WIB

Cikarang, VIVA – Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di Indonesia meningkat dalam beberapa bulan terakhir. Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) mencatat, jumlah PHK di Indonesia tahun 2025 telah mencapai 26.455 kasus per Mei 2025.

Baca Juga :

AI Bikin 100 Juta Pekerja Lenyap

Di sisi lain, Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) mengungkap, pekerja yang terkena PHK periode Januari-Maret 2025 mencapai 73.992 orang. Mereka bahkan memprediksi, korban PHK akan tembus 250 ribu orang pada akhir tahun 2025 ini. Lalu, apa penyebabnya? Scroll untuk tahu lebih lanjut, yuk!

Chairman Jababeka and founder President University, Setyono Djuandi (SD) Darmono, turut menaruh empati atas banyaknya pengangguran akibat banyaknya PHK dan para pencari kerja yang sulit mendapatkan pekerjaan. Dia juga turut mengungkap salah satu yang menjadi penyebabnya.

Baca Juga :

Pengangguran Muda RI Tembus 17,3 Persen, Tertinggi di Asia!

“Kondisi tersebut bisa terjadi karena efek AI yang telah masuk di beberapa pekerjaan dan – secara eksternal – akibat gesekan geopolitik yang membuat menurunnya permintaan jasa maupun barang,” ucapnya saat seminar Career Connect 2025: Motivasi & Networking di President University Convention Center, Cikarang, Kota Jababeka, baru-baru ini. 

“Sehingga, bayang-bayang pengangguran juga tak lepas dari orang berstatus karyawan saat ini jika tidak melakukan upgrade diri,” sambungnya.

Baca Juga :

Kemenkeu: 100 Ribu Lowongan Magang Bergaji UMP Segera Dibuka

Karenanya, SD Darmono menekankan bagi para tenant melakukan pelatihan (training/upskilling) internal yang mungkin di-provide oleh HRD masing-masing. 

Selain itu, bagi yang masih mencari kerja, untuk juga mengikuti pelatihan tertentu agar mereka bisa punya skill. Sebab, pada akhirnya, orang yang diberi kerja oleh perusahaan ialah mereka yang memiliki skill yang dibutuhkan industri.

“Saya yakin pabrik-pabrik di Jababeka tetap butuh banyak tenaga kerja, apakah di bagian penjualan, promosi, konstruksi dan lain-lain. Terus, kalau nanti, ‘kok masih susah dapat kerja?’ Kata kuncinya ialah training,” jelasnya.

“Mengapa? Training bagi pencari kerja, akan membuat mereka punya keahlian dan perusahaan mau mempekerjakan mereka, training (upskilling) bagi yang sudah bekerja atau karyawan, membuat pekerjaan mereka tetap relevan dan tidak mudah diganti oleh AI,” imbuh SD Darmono. 

Sementara itu, Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Yassierli, yang juga hadir di acara tersebut menyampaikan bahwa tantangan ketenagakerjaan ke depan tidak mudah. 

Halaman Selanjutnya

“Di mana, dalam mengelola sumber daya manusia (SDM) pihaknya mengimbau perusahaan sebaiknya melihat tidak hanya sebatas best practice. Tapi pengelolaan SDM di institusi perusahaan bisa tumbuh bagaimana lebih produktif, maka harus dipadukan perpaduan best practice dan local wisdom atau kearifan lokal,” pungkasnya.

Halaman Selanjutnya

Source link