Suara horeg yang keras saat takbir keliling di Surabaya menjadi perdebatan di kalangan warga. Meskipun ingin merayakan kemenangan, kebisingan ini mengganggu kenyamanan lingkungan sekitar. Di Lakarsantri, Wiyung, dan Rungkut, suara sound horeg yang terlalu keras mulai menimbulkan keresahan. Hadi, seorang warga Lakarsantri, menegaskan bahwa kebisingan ini mengganggu suasana malam yang seharusnya tenang. Di Wiyung, Ibu Siti juga merasa terganggu dengan suara sound horeg yang mengganggu. Meskipun ingin merayakan dengan meriah, tetap ada tuntutan agar suara bisa dimoderasi agar tetangga tidak merasa terganggu. Ahmad, warga di Rungkut, menyarankan adanya aturan terkait waktu dan volume suara agar perayaan tidak mengganggu ketenangan. Implementasi takbir keliling di Surabaya harus bijaksana agar tidak mengganggu kenyamanan warga sekitar.
Takbir Keliling Surabaya: Kearifan vs Kebisingan

Read Also
Recommendation for You

Bupati Jember, Muhammad Fawait, memaparkan laporan 100 hari kerja Program Gus’e di Pendopo Wahyawibawagraha. Pemerintah…

Kasus pencurian handphone di sebuah konter HP di Kelurahan Mertasinga, Kecamatan Cilacap Utara, Kabupaten Cilacap,…

Derry Gudha Dharma, seorang seniman yang membuat patung Noyo Gimbal dari Desa Bangsri, Kabupaten Blora,…

Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, terus berkomitmen dalam pengentasan kemiskinan di daerahnya. Dalam upaya ini, programa…

Lapas Kelas IIB Jombang merayakan Hari Bakti Pemasyarakatan ke-61 dengan potong tumpeng dan bakti sosial…