Fenomena Hari Tanpa Bayangan akan terjadi di Indonesia mulai hari ini, Kamis (20/2), hingga awal April 2025. Kulminasi utama ini terjadi ketika Matahari berada di posisi paling tinggi di langit, serta saat deklinasi Matahari sama dengan lintang pengamat. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan bahwa saat itu Matahari akan tepat berada di atas kepala pengamat atau di titik zenit, sehingga bayangan benda tegak akan terlihat “menghilang”. Karenanya, hari kulminasi utama juga dikenal sebagai hari tanpa bayangan.
BMKG menjelaskan bahwa hari tanpa bayangan terjadi karena bidang ekuator Bumi tidak tepat berimpit dengan bidang ekliptika atau bidang rotasi Bumi. Sehingga, posisi Matahari dari Bumi terus berubah sepanjang tahun antara 23,5 derajat LU hingga 23,5 derajat LS, merupakan gerak semu harian Matahari. Di tahun ini, posisi Matahari tepat di atas Kota Pontianak pada 20 Maret 2025 dan 23 September 2025. Kulminasi utama atau Hari Tanpa Bayangan terjadi dua kali dalam setahun di Indonesia, mengikuti perubahan posisi Matahari.
Kota-kota lain akan mengalami kulminasi utama saat deklinasi Matahari sama dengan lintang kota tersebut. Di Jakarta sendiri, Hari Tanpa Bayangan akan terjadi pada 4 Maret dan 9 Oktober pada waktu yang berbeda. Fenomena kulminasi utama di awal 2025 dimulai di Baa, Nusa Tenggara Timur, hingga berakhir di Sabang, Aceh. Sementara di bulan September, Hari Tanpa Bayangan akan dimulai di Sabang, Aceh, hingga berakhir di Baa, Nusa Tenggara Timur. Ini akan menarik untuk diamati dan akan memberikan pengalaman yang menarik bagi masyarakat Indonesia.