Pada abad ke-19, Pulau Jawa adalah pusat aktivitas sosial dan budaya yang dinamis di Indonesia. Periode ini menyaksikan transisi signifikan dari era kolonial Belanda ke era awal nasionalisme. Kehidupan sosial di Jawa pada waktu itu didominasi oleh struktur masyarakat yang berlapis, dengan sistem feodal yang kental dan pengaruh budaya yang mendalam dari berbagai kerajaan yang ada. Artikel ini akan menggali bagaimana struktur sosial dan budaya masyarakat Jawa berkembang, serta bagaimana pengaruh asing mulai mengubah kehidupan sehari-hari. Pada masa ini, masyarakat Jawa hidup dalam masyarakat agraris yang sangat bergantung pada pertanian. Kehidupan sosial mereka sangat dipengaruhi oleh adat dan tradisi yang diwariskan turun-temurun. Upacara keagamaan, seperti perayaan hari besar Islam dan ritual-ritual lokal, menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari. Budaya Jawa juga sangat dipengaruhi oleh sistem kelas sosial, yang terlihat dari peran penting yang dimainkan oleh golongan bangsawan dan priyayi dalam masyarakat. Budaya seni juga berkembang pesat pada abad ke-19. Kesenian tradisional seperti wayang kulit dan gamelan menjadi pusat perhatian, mencerminkan kekayaan budaya Jawa yang unik. Selain itu, pengaruh Barat mulai meresap melalui pendidikan dan arsitektur yang dibawa oleh pemerintah kolonial Belanda. Perubahan ini tidak hanya mempengaruhi struktur sosial tetapi juga memperkaya budaya Jawa dengan elemen-elemen baru.
“Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA”
Pewarta: Yuni Amalia
Editor: Imam Hairon
Tag
Share