Artikel ini ditulis oleh Prabowo Subianto, seorang Letnan Jenderal TNI (Purn) dan diambil dari Buku Kepemimpinan Militer 1: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto.
Pak Agum pernah menjadi komandan Prabowo saat ia belum menjadi komandan Kopassus. Saat itu, Prabowo adalah komandan Grup 3 Pusdikpassus Batujajar. Mereka sudah saling mengenal sejak Prabowo baru akan masuk Taruna. Agum merupakan keluarga seorang perwira Kopassus dan pernah menjadi ajudan ayah Prabowo saat ayahnya menjadi Menteri Perdagangan di kabinet Pak Harto tahun 1968.
Prabowo mengenal Agum sebagai perwira yang cerdas, memiliki fisik yang baik, seorang olahragawan, dan karismatik. Agum juga pandai bergaul, menarik simpati anak buah, atasan, rekan, dan rakyat. Dia juga menguasai ilmu intelijen operasi Sandi Yudha dan memiliki gaya kepemimpinan yang persuasif. Agum juga dikenal sebagai orang yang berpegang teguh pada prinsip, berani mengoreksi atasan dengan risiko kehilangan jabatan.
Meskipun terkadang terjadi kesalahpahaman antara Prabowo dan Agum, secara objektif Prabowo mengatakan bahwa Agum adalah aset bagi bangsa Indonesia.
Prabowo pertama kali mengenal Yunus Yosfiah dalam sebuah operasi di Timor Timur. Saat itu, Yunus menjabat sebagai Komandan Tim Khusus dengan nama sandi Nanggala. Prabowo dan para Letnan baru angkatan 1974 dari AKABRI, setelah lulus latihan komando pada 20 Desember 1975, resmi masuk grup 1 Parako dari Kopassandha. Mereka mendapat berita bahwa akan dibentuk sebuah tim khusus terdiri dari sisa pasukan Grup 1, Grup 2, dan Detasemen Markas, yang akan dipimpin oleh perwira-perwira yang baru lulus latihan komando. Di sinilah Prabowo mulai mengenal Yunus, yang memberikan contoh kepemimpinan dengan selalu menanggung beban yang sama dengan anak buah.
Prabowo menyampaikan kesan bahwa kepemimpinan Yunus Yosfiah selalu tenang, tidak pernah panik, dan pantang menyerah. Yunus tidak menerima alasan apapun, memiliki hati yang keras, dan sering dianggap terlalu keras pada anak buah. Bagi Prabowo, memiliki Yunus sebagai komandan di awal karier sebagai perwira memberikan manfaat yang besar.
Kisah-kisah tersebut menjadi contoh dari pengalaman Prabowo Subianto yang dituliskan dalam artikel ini.