Budiman Sudjatmiko, Wakil Ketua Dewan Pakar Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, menyatakan bahwa pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka adalah pilihan rekonsiliasi dan persatuan nasional.
“Bagi kami, pemilihan terhadap Pak Prabowo dan Mas Gibran adalah pilihan rekonsiliasi dan persatuan nasional untuk kemajuan,” kata Budiman dalam konferensi pers di Media Center Prabowo-Gibran, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (11/12/2023).
Budiman menegaskan bahwa setelah 25 tahun reformasi, agenda kemajuan Indonesia harus difokuskan pada persatuan orang Indonesia tanpa mengesampingkan hak asasi manusia (HAM), pemerintahan, dan isu korupsi.
“Kita sudah menikmati 25 tahun. Dan setelah 25 tahun kami merasa bahwa agenda kemajuan Indonesia sangat dibutuhkan yang namanya persatuan orang Indonesia. Kami melihat bahwa isu demokrasi, isu HAM, isu pemerintahan, isu korupsi, tetap relevan. Ingat itu, tetap relevan,” tegas Budiman.
Menurut Budiman, Prabowo Subianto saat itu hanya menjalankan tugas negara sebagai prajurit TNI. Sementara itu, para aktivis menjalankan tugas sejarah untuk meruntuhkan rezim otoriter Soeharto.
Budiman merasa terpanggil dari tugas sejarah untuk memajukan Indonesia menjadi lebih baik, lebih bebas, dan lebih demokratis.
“Pada tahun 98, tugas sejarah dan tugas negara ada dalam berhadapan karena pada saat itu (situasinya) negara otoriter, menolak untuk melakukan perubahan dengan cara yang baik-baik. Sehingga terpaksa kami melakukan pelanggaran dan perlawanan,” paparnya.
“Hari ini kami bersama Pak Prabowo setelah 25 tahun, kami ingin tugas negara dan tugas sejarah tidak berhadapan, kami bersatu. Karenanya ada ancaman-ancaman, ada situasi yang mengharuskan kami bersatu,” kata Budiman.
Selain persatuan, Budiman juga menekankan pentingnya komitmen HAM dalam kerangka bangsa agar lebih sejahtera. Anak-anak Indonesia juga harus lebih sehat dan memiliki akses informasi yang tidak terganggu.
“Bagi kami, pemilihan terhadap Pak Prabowo dan Mas Gibran adalah pilihan rekonsiliasi dan persatuan nasional untuk kemajuan. Kami dulu, teman-teman ini di masa-masa yang paling susah, kami memimpikan Indonesia yang lebih baik, demokratis, dan kita ingin seluruh orang-orang baik bisa tampil,” katanya.